Sabtu, 14 Mei 2016

TITRASI KADAR ASAM ASKORBAT DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM TITRASI KADAR ASAM ASKORBAT MELALUI METODE TITRASI ASAM BASA


Nama Kelompok :
Adar Thomas (1)
Afriezal Lienardi (2)
Alvin Ananto (3)
Andi Pranata (4)
Kelas XI IPA 3
SMA XAVERIUS 1 JAMBI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul “Titrasi Kadar Asam Askorbat Melalui Metode Titrasi Asam Basa”.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru pembimbing mata pelajaran kimia, Ibu Elizabeth Tjahjadarmawan yang sudah membantu kami dalam proses pengerjaan praktikum sampai dengan penyelesaian laporan praktikum ini.
Kami selaku tim peneliti menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran dari teman-teman maupun pembaca demi penyempurnaan laporan praktikum ini. Kami berharap agar laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jambi, 5 Mei 2016
(Afriezal)


TUJUAN

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C menggunakan metode titrasi asam basa.

(Afriezal)


MANFAAT

Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah dapat membandingkan kadar asam askorbat yang dihitung dengan metode titrasi asam basa dengan kadar asam askorbat yang tertera pada kemasan produk tablet vitamin C.
(Afriezal)

TEORI SINGKAT

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang dapat larut dalam air dan tidak dapat larut dalam minyak dan zat pelarut lemak. Vitamin C mulai dikenal setelah dapat dipisahkan atau disolasi dari air jeruk pada tahun 1928. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan tersebut.
Gambar: erfolgkimia.com
Vitamin C dikenal juga dengan nama kimianya asam askorbat. Vitamin ini dapat mencegah sariawan. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas yang terdapat pada tubuh, sehingga dapat menghindari dampak buruk dari radikal bebas.
Vitamin C atau asam askorbat memiliki rumus kimia C6H8O6 dan berat molekul 176,12 gram/mol. Asam askorbat sendiri merupakan asam diprotik.
(Alvin Ananto)

ALAT DAN BAHAN

Alat:

·         Gelas ukur
·         Labu erlenmeyer
·         Lumpang porselin
·         Kain lap
·         Pipet tetes
·         Timbangan

Bahan:

·         Air mineral
·         Indikator BTB
·         Indikator PP
·         NaOH 0,1340M
·         Tablet Vitamin C IPI
(Afriezal)


METODE KERJA 


(Afriezal)

1.    Menimbang sebutir tablet vitamin C.

2.    Menghaluskan tablet vitamin C dengan lumpang porselin.

3.    Memasukkan tablet vitamin C yang telah dihaluskan ke dalam labu erlenmeyer.

4.    Menambahkan air mineral hingga larutan 100ml.

5.    Mengocok homogen labu erlenmeyer selama ±20 kali.
6.    Mengambil larutan vitamin C 5ml untuk dijadikan titran.

7.    Meneteskan 0,15ml indikator yang digunakan (PP atau BTB).

8.    Meneteskan NaOH 0,1340 M hingga terjadi perubahan warna permanen (Titik Ekivalen).

9.    Mencatat volume NaOH yang diperlukan dan menghitung kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C.
(Afriezal. Dokumentasi: Alvin Ananto)

HASIL PRAKTIKUM

Indikator PP


Indikator BTB

(Andi Pranata)

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Vitamin C merupakan vitamin yang sangat penting bagi tubuh manusia dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu banyak orang yang membeli produk suplemen vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin C. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode titrasi asam basa dengan basa NaOH 0,1340 M untuk mengetahui kadar asam askorbat yang terkandung sesungguhnya dibandingkan dengan kadar yang tertera dalam kemasan salah satu produk suplemen vitamin C, kami menemukan hasil 82,60028% jika menggunakan indikator fenolftalein dan 70,80024% jika menggunakan indikator bromitol biru. Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa produk vitamin C tersebut masih mengandung sebagian besar asam askorbat dari massa per tabletnya.
Perbedaan persentase sesungguhnya dalam tablet vitamin C yang dititrasi dengan dua indikator yang berbeda terjadi dikarenakan jenis indikator yang digunakan. Kedua jenis indikator memiliki rentang pH perubahan warna yang berbeda sehingga untuk volume basa yang dibutuhkan agar terjadinya perubahan warna pada indikator juga berbeda. Untuk indikator fenolftalein sendiri, perubahan warna dapat dilihat jika pH berada di kisaran pH 8,2 – 10, sedangkan untuk bromitol biru perubahan warna terjadi pada rentang pH 6,0 – 7,6.
(Adar Thomas)

KESIMPULAN

Melalui metode titrasi asam basa menggunakan basa NaOH 0,1340M, diperoleh kadar asam askorbat dalam kemasan suplemen vitamin C sejumlah 35,40012mg - 41,30014mg per tabletnya. Berdasarkan berat tablet 260mg, didapatkan persentase fakta asam askorbat per tabletnya antara 13,61543% - 15,88466%. Pada kemasan produk sendiri tertera komposisi asam askorbat sebesar 50mg sehingga didapat persentase teori asam askorbat per tabletnya 19,23076%. Setelah dihitung, maka diperoleh %yield sebesar 70,80024% - 80,60028%.
(Alvin Ananto)

SARAN

  • Lakukan titrasi dengan penuh konsentrasi dan teliti untuk mendapatkan pengukuran yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
  • Sebisa mungkin melarutkan semua massa tablet vitamin C agar mendapatkan komposisi larutan yang tepat.
  • Sebaiknya gelas ukur dan labu erlenmeyer dicuci bersih sebelum digunakan untuk praktikum dengan indikator lain agar terhindar dari pencemaran oleh indikator yang digunakan sebelumnya.
  • Mengamati perubahan warna pada hasil titrasi dengan sabar agar mendapatkan titik ekivalen.
  • Sebaiknya pengukuran dilakukan dua kali agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
(Afriezal)

KATA PENUTUP

Demikian laporan praktikum yang kami buat. Kami sebagai tim peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru pembimbing mata pelajaran, Ibu Elizabeth Tjahjadarmawan, dan kepada teman-teman serta pembaca yang sudah mendukung penyelesaian laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami siap menerima kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan laporan ini. Kami berharap laporan ini bisa bermanfaat bagi semuanya.
(Andi Pranata)

DAFTAR PUSTAKA

Tjahjadarmawan , Elizabeth. 2016. Bernas Kimia Jilid 2. Jogjakarta : Citra Media
https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_askorbat
(Adar Thomas)

KONTRIBUTOR

Guru Pembimbing
Elizabeth Tjahjadarmawan

Admin Blog
Afriezal Lienardi

Editor
Afriezal Lienardi

Juru Kamera
Alvin Ananto

Penulis Blog
Adar Thomas, Afriezal Lienardi, Alvin Ananto, Andi Pranata



Kamis, 14 April 2016

UJI LARUTAN ASAM BASA MENGGUNAKAN INDIKATOR ALAMI DAUN SIRIH MERAH

LAPORAN PRAKTIKUM UJI LARUTAN ASAM BASA MENGGUNAKAN INDIKATOR ALAMI DAUN SIRIH


Nama :
Adar Thomas (1)
Afriezal Lienardi (2)
Kelas 11 IPA 3
SMA Xaverius 1 Jambi
April 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum beserta laporan hasil praktikum “Uji Larutan Asam Basa Menggunakan Indikator Alami Daun Sirih Merah” ini.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru pembimbing mata pelajaran kami, Ibu Elizabeth Tjahjadarmawan yang sudah membantu kami dalam proses pengerjaan praktikum maupun pembuatan laporan hasil praktikum.
Kami selaku tim peneliti sendiri menyadari bahwa laporan hasil praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari teman-teman demi menyempurnakan laporan hasil praktikum ini. Kami juga berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jambi, 12 April 2016

TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daerah trayek pH dan perubahan warna indikator alami daun sirih merah pada larutan uji asam, netral, dan basa.

MANFAAT

Melalui praktikum ini diperoleh pemahaman bahwa indikator dapat berubah warnanya pada larutan asam, netral, dan basa sesuai dengan trayek pH masing-masing.

KAJIAN TEORI

Indikator adalah asam lemah (HIn) yang terdisosiasi dalam air menurut reaksi berikut:
Jika indikator bereaksi dengan zat asam, maka terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah kiri yaitu ke arah HIn sehingga warna yang ditampilkan adalah warna 1. Jika indikator bereaksi dengan zat basa, maka kesetimbangan bergeser ke arah kanan sehingga warna indikator berubah menjadi warna 2 yaitu In-. Jika indikator bereaksi dengan zat netral, maka kesetimbangan tidak bergeser sehingga warna tidak berubah.

METODE

Alat dan Bahan

Alat:
·         Gelas aqua kosong (10)
·         Sendok plastik (10)
·         pH meter
·         Blender
·         Label
Bahan:
·         Daun sirih merah
Daun sirih merah sebelum dijadikan indikator
·         Etanol 70%
·         Air bersih
·         Larutan CH3COOH
·         Larutan NaCl
·         Al2(SO3)4
·         Air Hujan
·         Indikator (Blanko)
·         Air mineral
·         Air deterjen
·         Na2CO3
·         NaOH

Cara Kerja

HASIL PENGAMATAN

TABEL TRAYEK WARNA DAN pH

No
Larutan Uji
Warna Indikator Setelah Ditambah Larutan
Trayek
pH
1
HCl


Asam
1,4
2
CH3COOH


Asam
2,3
3
Al2(SO4)3


Asam
2,6
4
Air hujan


Asam
4,0
5
NaCl


Asam
3,7
6
Indikator


Netral
4,9
7
Air mineral


Netral
7,2
8
Air sabun


Basa
10,6
9
Na2CO3


Basa
11,3
10
NaOH


Basa
13,5

PERHITUNGAN NILAI Ka INDIKATOR

Nilai Ka indikator dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan rumus di atas, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Setelah menemukan nilai HIn, In-, dan H+ maka nilai Ka dapat dihitung dengan cara berikut:
Nilai Ka indikator alami daun sirih merah adalah 6,309570 x 10-6.

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Piper crocatum Ruiz & Pav atau yang dikenal dengan sebutan sirih merah merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaatnya bagi kesehatan. Daun sirih merah sendiri bisa digunakan sebagai indikator karena mengandung pigmen antosianin yang tinggi. Antosianin adalah senyawa berwarna yang bertanggung jawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah-buahan, sayur, dan tanaman.
Merujuk pada hasil penelitian yang telah didapat dari pengamatan, dapat disimpulkan bahwa indikator alami daun sirih merah memiliki trayek pH berkisar 4,9 – 7,2. Perubahan warna pada indikator akan terlihat cukup jelas jika larutan yang diukur memiliki pH di bawah 4,9 atau pH di atas 7,2. Untuk larutan yang memiliki pH berkisar 4,9 – 7,2 hampir tidak bisa diamati perubahan warna yang terjadi pada indikator.
Indikator alami daun sirih merah memiliki nilai Ka 6,309570 x 10-6 yang berarti indikator alami daun sirih merah merupakan asam lemah karena memiliki nilai Ka yang kecil.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal:
  1. Indikator alami daun sirih merah memiliki dua warna yang mengindikasikan sifat asam basa suatu zat berupa warna merah terang hingga warna coklat tua.
  2. Trayek pH indikator alami daun sirih merah berkisar pH 4,9 – 7,2.
  3. Daerah di bawah pH 4,9 merupakan daerah asam.
  4. Daerah di atas pH 7,2 merupakan daerah basa.

SARAN

  1. Pada saat memasukkan larutan uji coba ke dalam gelas yang berisi indikator, hendaknya ditunggu beberapa saat sampai perubahan warna benar-benar terlihat dengan jelas agar mendapatkan hasil yang maksimal.
  2. Sebelum melakukan pengukuran pH pada masing-masing larutan, hendaknya pH meter yang akan digunakan dibersihkan dengan air bersih terlebih dahulu untuk mencegah terkontaminasinya larutan uji coba oleh larutan lainnya.
  3. Pada saat melakukan perhitungan, hendaknya berkonsentrasi agar hasil perhitungan dapat dipertanggung jawabkan.

KATA PENUTUP

Kami tim peneliti yang terdiri dari Adar Thomas dan Afriezal Lienardi ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Elizabeth Tjahjadarmawan dan teman-teman sekalian yang telah mendukung kami dalam pengerjaan praktikum beserta pembuatan laporan praktikum ini.

Demikian laporan praktikum kami. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna. Kami juga meminta kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan laporan praktikum ini. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Tjahjadarmawan, Elizabeth. 2016. Bernas Kimia Jilid 2. Jogjakarta : Citra Media
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16789
https://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2013/03/06-merah-ungu-antosianin.pdf
Pengerjaan praktikum  : Adar Thomas & Afriezal Lienardi
Pembuatan Blog           : Afriezal Lienardi
Penulisan laporan        : Adar Thomas & Afriezal Lienardi
Editor laporan              : Afriezal Lienardi